Beranda | Artikel
Mengajari dengan Memberikan Contoh
Selasa, 12 November 2024

Mengajari dengan Memberikan Contoh ini merupakan bagian dari kajian Islam ilmiah Fiqih Pendidikan Anak yang disampaikan oleh Ustadz Abdullah Zaen, M.A. Hafidzahullah. Kajian ini disampaikan pada Senin, 9 Jumadil Awal 1446 H / 11 November 2024 M.

Kajian Tentang Mengajari dengan Memberikan Contoh

Mengajari anak SMA tentu berbeda dengan mengajari anak TK, sebab tingkat pemahaman mereka pun berbeda. Misalnya, anak TK mungkin kesulitan merangkai atau membuat prakarya, sementara anak SMA sudah memiliki keterampilan yang lebih baik. Contohnya, seorang anak TK mungkin belum bisa memegang gunting dengan benar, sementara anak SMA atau mahasiswa sudah memahami cara kerja alat-alat yang lebih kompleks.

Faktor lainnya adalah kompleksitas tugas yang diberikan. Seberapa rumit tugas tersebut menentukan apakah anak memerlukan contoh langsung atau cukup dengan instruksi lisan. Misalnya, memasak nasi goreng melibatkan tahapan-tahapan yang lebih rumit dibandingkan dengan tugas sederhana seperti menggantungkan baju.

Selain itu, pengalaman anak dalam aktivitas tertentu juga perlu diperhitungkan. Anak yang memiliki pengalaman dalam melakukan suatu kegiatan tentunya akan lebih mudah mengikuti instruksi dibandingkan dengan anak yang belum pernah melakukannya.

Misalnya, ada seorang anak yang tinggal di desa dan ayahnya memiliki 50 ekor kambing. Setiap hari, sang ayah mencari rumput dengan ditemani anaknya, yang juga ikut membantu. Pengalaman anak seperti ini jelas berbeda dengan anak yang tinggal di kota dan hanya melihat kambing di televisi. Anak yang tidak terbiasa akan kebingungan ketika disuruh mencari rumput, mungkin malah mencabut rumput sembarangan tanpa memahami apa yang dibutuhkan.

Tingkat pengalaman sangat memengaruhi pemahaman anak dalam melakukan suatu tugas. Maka, tidak bisa disamakan antara anak yang sudah sering terlibat dalam kegiatan tertentu dengan anak yang belum pernah melakukannya. Hal ini juga diperhatikan oleh Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam saat mengajari anak-anak. Beliau memperhatikan usia, kompleksitas tugas, dan pengalaman anak.

Contohnya, terdapat sebuah kisah dari seorang sahabat yang dikenal sebagai Abu Said Al-Khudri Radhiyallahu ‘Anhu. Abu Said menceritakan,

أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَرَّ بِغُلَامٍ يَسْلُخُ شَاةً، فَقَالَ لَهُ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «‌تَنَحَّ، ‌حَتَّى أُرِيَكَ» فَأَدْخَلَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَدَهُ بَيْنَ الْجِلْدِ وَاللَّحْمِ، فَدَحَسَ بِهَا، حَتَّى تَوَارَتْ إِلَى الْإِبِطِ وَقَالَ: «يَا غُلَامُ هَكَذَا فَاسْلُخْ» ثُمَّ مَضَى وَصَلَّى لِلنَّاسِ، وَلَمْ يَتَوَضَّأْ.

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam melewati seorang anak muda yang sedang menguliti kambing. Beliau berkata kepadanya, “Bergeserlah. Kutunjukkan caranya”. Kemudian Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam memasukkan tangannya di antara kulit dan daging, lalu menggerakkannya hingga tangan beliau sampai ke bawah lengan kambing. Lalu beliau bersabda, “Begitulah caranya Nak. Sekarang lakukanlah”. Kemudian beliau berlalu dan mengimami orang banyak, tanpa berwudhu lagi”. (HR. Ibn Majah dan dinilai sahih oleh Ibn Hibban serta al-Albaniy)

Kisah ini menjadi pelajaran berharga bahwa mendidik anak tidak hanya dengan ucapan, melainkan juga dengan memberi contoh langsung.

Berikut beberapa kesimpulan yang bisa diambil dari hadits di atas:

1. Mengajarkan dengan Tindakan, Bukan Hanya Kata-kata

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam tidak hanya menyuruh anak itu memperbaiki caranya, tetapi memberikan contoh langsung. Hal ini membantu anak untuk melihat detail dan langkah-langkah yang mungkin sulit dimengerti dengan instruksi verbal.

Suatu tugas atau keterampilan baru kerap membutuhkan tahapan yang jelas. Seperti cara bersikap dalam situasi tertentu atau keterampilan teknis seperti menulis, memasak atau cara beribadah. Dalam hal-hal itu, memberikan contoh akan memperlihatkan detail dan urutan yang benar.

2. Membimbing dengan Kasih Sayang dan Kesabaran

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dengan lembut meminta anak itu untuk memperhatikan, tanpa kritik kasar atau nada merendahkan. Beliau bahkan berkata, “Kutunjukkan caranya”. Ketika seorang anak merasa didukung; dia akan lebih percaya diri dan terdorong untuk mencoba kembali tanpa takut salah.

Kesabaran Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dalam mendidik bisa disimpulkan dari perhatian yang diberikannya saat itu. Di mana beliau sebenarnya sedang dalam perjalanan menuju ke masjid untuk mengimami jama’ah. Yang tentunya beliau sudah mengenakan pakaian terbaik. Pun demikian beliau tetap meluangkan waktu untuk mengajari dan membimbing anak itu.

3. Memberi Kesempatan untuk Melakukan Sendiri dengan Bimbingan

Setelah menunjukkan caranya, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mempersilakan anak itu untuk mencoba sendiri dengan berkata, “Begitulah caranya Nak. Sekarang lakukanlah”. Ini memberikan ruang bagi anak untuk belajar mandiri, tetapi tetap dengan arahan yang jelas. Mengajari dengan memberi contoh sambil membiarkan anak melakukan sendiri; memungkinkan mereka untuk mempraktikkan keterampilan tersebut dan membangun rasa percaya diri.

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam membuat anak itu merasa dilibatkan dan dihargai. Ini merupakan kunci penting dalam pembelajaran efektif.

Bagaimana penjelasan lengkapnya? Mari download mp3 kajian yang penuh manfaat ini.

Download mp3 Kajian


Artikel asli: https://www.radiorodja.com/54690-mengajari-dengan-memberikan-contoh/